Rabu, 21 Maret 2012

cinta tanah air

Sebagai warga negara Indonesia sudah selayaknya kita menghormati bangsa dan negara kita sendiri apapun adanya dan kondisinya. Orang-orang yang tidak menghormati serta membenci bangsa dan negara tempat kelahirannya bisa disebut sebagai penghianat. Apa salahnya tanah air kita yang begitu kaya raya dan indah, karena kesalahan hanya ada pada manusia-manusianyalah yang menciptakan kebencian.
Dengan adanya rakyat yang mencintai tanah airnya, maka negara akan aman dari berbagai macam gangguan yang datang baik dari dalam maupun dari luar negara. Dengan cinta tanah air kita dapat bahu membahu membangun negri ini agar bisa sejajar dengan negara-negara maju. Dengan menyayangi negara indonesia ini kita akan berupaya sekuat tenaga memberikan yang terbaik bagi sesama, bukan malah menghancurkannya. Banyak pihak asing yang ingin menguasai dan merusak negara kita, sehingga perlu kita jaga dan pertahankan hingga titik darah penghabisan. Kalau bukan kita siapa lagi? dan kita mau tinggal di mana kalau kita kehilangan negara ini.
Tips Cara Memunculkan/Men Serta Meningkatkan Rasa Cinta Terhadap Tanah Air Dan Bangsa (Jiwa Patriotisme) Indonesia :
1. Mempelajari sejarah perjuangan para pahlawan pejuang kemerdekaan kita serta menghargai jasa para pahlawan kemerdekaan.
2. Menghormati upacara bendera sebawai perwujudan rasa cinta tanah air dan bangsa Indonesia.
3. Menghormati simbol-simbol negara seperti lambang burung garuda, bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan lain sebagainya.
4. Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri agar pengusaha lokal bisa maju sejajar dengan pengusaha asing.
5. Ikut membela mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia dengan segenap tumpah darah secara tulus dan ikhlas.
6. Turut serta mengawasi jalannya pemerintahan dan membantu meluruskan yang salah sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
7. Membantu mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia kepada warga negara asing baik di dalam maupun luar negeri serta tidak melakukan tindakan-tindakan yang mencoreng-moreng nama baik bangsa indonesia.
8. Menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar pada acara-acara resmi dalam negeri.
9. Beribadah dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
10. Membantu mewujudkan ketertiban dan ketentraman baik di lingkungan sekitar kita maupun secara nasional.
Tanggal 28 Oktober selalu diperingati dengan Upacara Sumpah Pemuda di beberapa daerah di Indonesia. Tapi, apakah hanya berhenti pada upacara dan pembacaan 3 butir dari sumpah pemuda itu sendiri? Itulah penampakan yang terjadi. Namun, mungkin saja, ada sesuatu yang meletup pada diri pemuda pemudi Indonesia. Sesuatu yang meletup itu, salah satunya, cinta tanah air.
Cinta tanah air itu gampang-gampang susah. Gampang untuk diucapkan, namun susah untuk dilakukan dalam makna sesungguhnya. Siapapun bisa mengatakan kalau “Aku cinta tanah airku, Indonesia”. Anak TK pun bisa melakukannya dengan mudah. Tapi, memaknai “cinta tanah air” bukanlah sesuatu yang cukup mudah. Apakah cinta tanah air cukup hanya dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap upacara? Apakah cinta tanah air hanya berhenti pada dukungan pada tim-tim Indonesia yang maju ke pentas internasional? Bisa jadi! Cinta tanah air memang tak kenal batas dan ukuran. Setiap orang bisa memaknai “Cinta tanah air” versi mereka.
Saya sendiri, jika ditanya tentang bagaimana cinta tanah air itu, saya akan menjawab, mencintai segala kelebihan dan kekurangan tanah air saya, Indonesia. Cinta pada tanah air tidak berbeda dengan ketika kita mencintai orang tua, kekasih, dan sahabat kita. Saya mencintai Indonesia beserta apa yang ada di dalamnya, baik manusianya, kekayaan alamnya, keanekaragamannya, dan kepribadiannya.
Manusia Indonesia seutuhnya tidak hanya kita yang tinggal di bumi Indonesia, tapi juga yang tinggal di bumi lain dengan kecintaan yang besar pada Indonesia. Kita yang tidak pernah seragam, namun memahami makna bergandeng tangan. Kita yang beradu argumen, namun sepakat dengan “NKRI Harga Mati!”. Kita yang berwarna-warni, namun berhati merah putih.
Kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah. Meski bukan rahasia lagi, kita dijarah asing besar-besaran. Kita menjadi kuli atas kekayaan yang kita miliki sendiri. Bahkan, kita miskin karena dirampok sampai akar. Tapi, sebagai “future leaders”, seharusnya kita terlecut pada kenyataan ini!
Keanekaragaman Indonesia tak perlu diragukan lagi. Kita memiliki ribuan pulau dengan berbagai perbedaan satu sama lainnya. Suku, agama, budaya, dan bahasa yang berbeda. Dari ujung Sabang sampai Merauke, kita lebih dari sekedar pelangi. Jika pelangi hanya memiliki 7 warna, maka kita memiliki puluhan warna yang tersebar.
Kepribadian Indonesia adalah gotong royong. Meskipun kini tak lagi bisa memaknai gotong royong secara harfiah, setidaknya, kita masih terketuk untuk bersama-sama mengulurkan tangan ketika satu dari kita berada dalam susah.

Aku berdiri menatap langit bangsaku…biru, abu-abu…lalu menghitam
Lukisan indah alam negeri berubah menjadi pemandangan penuh haru
Di setiap sudut bumi pertiwi menangis…sedu sedan..
Perut membuncit, raga hanya belulang yang sesaat lagi akan patah

Ibu pertiwi…aku tak pernah lagi melihat senyummu
Tak jua kembali aku mendengar petuah-petuahmu
Yang ada kini kau membisu diantara keluh kesah anak negeri
Semakin hari semakin membuatmu nelangsa

Tanah airku tak lagi punya belantara, laut melepas, atau gunung menjulang
Panas, datar, bah, api, kerontang, hitam mengabu, semuanya kini jadi warnamu
Menangisku hampir membakar pelupuk mata…sendu…pilu…
Sementara sanubariku terpekur, tak sanggup menatap dunia

Ibu pertiwi tiba-tiba menamparku, berkali-kali, bertubi-tubi !
Sakit, perih, tapi aku merasakan kasih yang selama ini hilang ditelan kesombongan
Mataku terbelalak saat hutanku terbakar, lautku tercemar, dan gunungku meletus
Bah menelan tempat tinggal kami, asap membumbung menyesakkan dada

Rasanya tak ada lagi waktu untukku terisak kembali
Menatap negeri tercinta dalam lahat kehancuran
Indonesia, aku tak ingin kehilangan tanah kelahiranku
Tanah yang akan dan selamanya menjadi tumpah darahku

Kurajut asa lukisan negeri ini hanya sepintas lalu…
Berlalu..berlalu..dan berganti potret abadi bersama Indonesia sejati
Biarlah nanti lukisan pedih tanah air terbingkai dalam kenangan
Karena cinta akan membawa kedamaian dan kebaikan
Kapanpun…dimanapun…siapapun…dan selamanya…




kami disini…
menatap langit membelah cakrawala tanah air kami
tak apa,
bersandal jepit kami bersekolah
kadang tak beralas ini kaki dengan sepatu model terbaru
melewati tanah basah kaki-kaki kami
dimana tersiram hujan sawah padi menguning
menelusuri ngarai sungai
berlari kami pada tanah pertiwi,hijau menghampar surga hutanku
sesekali menyeka peluh pada wajah
peluh jatuh dari badan karena cinta pada negeri
karena cita-cita tanah air gemilang ada pada puncak jiwa kami
tak gentar kami bila badai hujan menghadang
dimana membasahi baju dan tas terbuat dari anyaman bambu
karena kami tahu membangun tanah air adalah mulia

gunung krakatau menampakan kegagahanya
karang dihantam deburan ombak mengila
tetap kokoh ia berdiri
jiwa semangat ditempa sang guru
agar tak menjadi generasi cengeng

lihat…!
matahari mulai menampakan sinar cahayanya
berlari kita bersama
menuju indonesia bangkit
karena kami pewaris negeri ini.


Negri Langit Biru
Dalam dongeng Ibuku…
Tentang Tanah harum
Di Ujung Pulau
Yang Kehilangan Bapa
Sunyinya nyanyian
Anak-anak seribu pulau

Rataplah….
Senyum-senyum awan
Yang Hampir Pudar
Bunga-bunga indah
Yang Berguguran
Hilangnya Buaian-buaian angin
Yang Lembut
Tentang benang-benang
Yang kusut
Kaca-kaca yang retak
Dalam keluh kesahnya

Dekaplah…
Seribu pulau yang sedang piatu
Taburkan Bunga-bunga
Yang Kembali Mekar
Rentangkan benang-benang yang kusut
Satukan kaca-kaca yang retak
Dalam Satu Ibu

Agar Awan-awan Kembali Tersenyum
Dalam persembahahan
Nyanyian Anak-anak Seribu pulau
Untuk Satu
Ibu Pertiwi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar